Rabu, 21 November 2012

Merajut Asa Menggapai Cita

Pagi memberikan sentuhan lebih dingin di bulan ini, kemarau datang meranggasi pohon jati, memberi warna pada bunga lily. Semburatnya menyala-nyala serasi. Burung pelatuk mematuk pelan di pohon-pohon yang mulai meninggi. Kebisingan kota kadang memekakkan telinga. Akan tetapi, aku masih tak tersadarkan diri bahwa aku berada di kota seberang untuk memvisualisasikan mimpi-mimpiku. Kota yang sejuk, romantis dengan kerlipan sejuta lampu, dingin merasuk ke tulang ragaku. Sejenak aku mulai tersadarkan diri, bahwa aku sedang berada di dataran tinggi, Kota Malang.

Aku merupakan delegasi dari SMA ku yang diberi kepercayaan membawa nama sekolahku ke kancah Internasional. Hal ini yang membuat diriku melalui berbagai macam seleksi ketat bersama kawan-kawanku yang lain. Meskipun kami adalah kawan, disaat seperti ini kami saling bersaing sehat untuk memperebutkan satu kursi dan bahkan bisa dikatakan, kami adalah lawan. Seleksi yang sangat ketat dengan sistem gugur tiap tahapnya. Sekarang, adalah hari pertempuranku mengarungi seleksi tahap dua di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Malangkucecwara. Kampus yang asri, rindang, luas, megah, asritektur yang unik dengan taman yang tertata rapi.

Aku hanya berangkat bersama empat kawanku yang telah lolos seleksi tingkat kota. Tahap dua ini, bisa dibilang seleksi tingkat propinsi. Hatiku berkecamuk tidak karuan, jantung berdegup kencang seakan ingin lari dari kenyataan ini, saat namaku dipanggil dan kulangkahkan kaki menuju tempat interview. Akupun mencoba menenangkan diri dan selalu melantunkan dzikir di setiap hela nafasku.

Senja mulai beranjak naik, dan saat itu pula aku kembali ke kota kelahiranku. Kota Madiun, Kota Gadis yang penuh akan siluet kenangan indah bersama orang-orang terdekatku. Tidak berselang lama, tepatnya seminggu setelah menjalani tahap dua, pengumuman pun terbit. Hanya aku yang mendapat surat cinta dari AFS, itu artinya hanya aku yang lolos mewakili sekolahku. Syukur ku terus kupanjatkan kepada Tuhan tiada henti-hentinya. Tanpa terasa air mana menetesi pipiku. Air mata kegembiraan sekaligus kesedihan. Kegembiraan karena sebentar lagi aku akan menginjakkan kaki ke Negara Adikuasa, Amerika Serikat. Bukan lagi menginjakkan kaki, namun tinggal dan belajar disana satu tahun lamanya. Kesedihan karena aku harus rela lulus mundur satu tahun lebih lamban dari teman sebaya ku. Aku tidak sabar untuk beranjak pulang dan sesegera mungkin memberitahu kabar ini pada orang tuaku. Senyum merekah dari bibir orang tuaku, memberi kelegaan dan energi baru atas setiap usahaku selama ini.

Koper, tas ransel, paspor, visa, makanan khas madiun, ikut menemaniku menjalani misi indah ini. Aku diantar oleh orang tuaku ke bandara Juanda Surabaya. Saat perjalanan menuju Juanda, kami mendapat kabar bahwa nenek meninggal dunia. Seketika itu juga, sang Ayah langsung memutar balik arah mobil. Air mataku makin membanjiri pipiku. Entah itu karena aku sedih ditinggal nenek ku atau karena aku tidak jadi menikmati keindahan Amerika. Ibu menenangkan diriku sambil memeluk ku erat-erat. Ibu menasihatiku, jika suatu saat nanti aku pasti akan mendapat kesempatan emas kembali, untuk study exchange ke luar negeri.

Inbox di handphone-ku penuh dengan sms ucapan selamat, sampai jumpa atau anak AFS madiun lain yang menunggu kedatanganku di Bandara. Meskipun jiwa ku tidak berangkat ke U.S.A, namun hatiku ikut menemani teman-temanku pergi ke United Kingdom of America.

Kata-kata ibuku, akhirnya terwujud. Saat liburan sekolah, aku berangkat ke Australia. Bukan satu tahun namun hanya satu minggu. Namun, Australia dan Malaysia, tempat adik ku menimba ilmu telah menjadi pengobat sakit lara ku di kala itu.

Kadang kita terlalu malu untuk memvisualisasikan impian meski hanya dalam bayangan. Selalu tuliskan mimpi-mimpimu dan tancapkan dalam-dalam di hati. Selalu yakini itu semua akan terwujud. Impian itu semua, akan indah pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar